Film Indonesia Semakin tidak Berkualitas

nilai dari kualitas film yang di pertontonkan di siaran tv nasional semakin tidak mendidik.
Jundi Alfaruqi
Judul diatas pantas di sematkan buat para produser-produser film di Indonesia karena semakin hari, nilai dari kualitas film yang di pertontonkan di siaran tv nasional semakin tidak mendidik.


Disatu sisi kita merasa diuntungkan dengan semakin berkembangnya teknologi informasi khususnya televisi yang memudahkan kita untuk tanggap terhadap informasi. Namun , disisi lain, nilai negatif dari teknologi informasi tersebut semakin hari malah semakin melebar dan tidak terkontrol.
 
Media yang seharusnya memberikan nilai positif, memberikan edukasi, malah memberikan suatu produk yang tidak memiliki nilai pendidikan, bahkan moral sama sekali.
 
Kita bisa melihat acara di televisi yang disebut sinetron, hadir hampir 24 jam non stop, mulai dari genre binatang sebut saja judulnya ganteng-ganteng seri***, manusia hari***, atau yang terbaru sekarang adalah sinetron dengan genre balap liar atau genre dunia khayalan dengan berbagai macam versi atau juga acara-acara reality show yang hanya membicarakan omong kosong.
 
Apa yang di pertontonkan dalam acara-acara disebut diatas,  hanya tentang balas dendam, perkelahian, pacaran, balap liar, gaya hidup yang tidak baik, bahkan melawan orang tua yang sangat tidak mendidik. Jika pun ada nilai positif, pasti sangat-sangat sedikit sekali, dan kebiasaan kita adalah mengambil yang negatif, ketimbang yang positif.
 
Anehnya dan yang menjadi pertanyaan, kenapa film-film atau acara-acara televisi aneh bin nyeleneh ini, semakin hari semakin banyak di pertontonkan. Seperti jamur dimusim hujan, tumbuh dan berkembang dengan sangat subur.
 

Apa yang terjadi? Hanya ada dua jawabannya, yang pertama adalah, acara-acara atau film-film tersebut memang digemari di masyarakat kita, atau acara tersebut tidak disukai tetapi sengaja dipertontonkan dengan maksud atau tujuan tertentu.
 
Perlu ditekankan, film-film atau acara semacam ini semua tidak memberikan nilai edukasi atau manfaat sama sekali. Hanya memberikan keuntungan bagi si produsen film karena filmnya laku di tonton banyak orang.
 
Pernahkah para produser film berpikir, bahwa yang menyaksikan film atau acara tersebut adalah  anak-anak yang belum bisa memfilter apa yang mereka lihat?
 
Oke, anggaplah anda berdalih bahwa ada orang tua yang akan memberikan arahan kepada anaknya dari film yang mereka tonton, memilah mana yang bagus dan mana yang tidak bagus.
 
Tapi mari sekarang kita berpikir bahwa, tidak hanya memikirkan siapa yang menontonnya atau siapa yang menyaksikanya, tetapi pikirkan tentang memberikan kontribusi yang mambangun bagi bangsa kita bukan pembodohan nilai pendidikan.
 
Jangan karena unang semata, jadi buta dan tidak peduli. mentang-mentang acara semacam itu banyak diminati, lalu kemudian apakah anda para produsen film harus ikut-ikutan membuat hal yang sama seperti itu? Apakah jika yang lain makan kotoran, anda juga ikut makan kotoran?
 
Cobalah membuat suatu hal yang dapat memberikan manfaat bagi orang banyak. jika kita bisa memberikan hal yang bermanfaat, kenapa tidak?
 
Bayangkan jika setiap harinya kita melihat hal-hal yang membuat kita termotavasi untuk melakukan hal yang lebih baik, tentunya sudah pasti akan sangat banyak kemajuan yang akan kita dapatkan.
 
Memang tidak semua acara di televisi itu tidak baik, ada juga acara-acara yang baik yang memberikan nilai edukasi yang nyata. Namun sangat disayangkan jika acara-acara yang baik ini nantinnya akan tenggelam karena dipenuhi dengan acara-acara atau film-film yang tidak mempunyai nilai manfaat bagi yang menyaksikan.
 
Bagi para penikmat media informasi khususnya televisi, bijak lah memilah acara yang baik dan layak untuk di tonton, karena dampak yang didapat adalah untuk diri kita sendiri.
Jundi Alfaruqi
Blogger, Code Enthusiast - Follow My Instagram : @jundialfaruqi
Komentar