Buat Kamu yang Pernah Pinjam Uangku, Masih Ingat Aku? Apa Kabar?
Yah, kehidupan ekonomi memang penuh jebakan. Saat mudah dan lapang kita tidak pernah merasakannya. Saat sempit dan sukar kita malah seringkali membesar – besarkannya.
Oleh
Jundi Alfaruqi
Dan karena berbagai jebakan ekonomi yang terlanjur terstruktur entah sejak kapan itu, bahkan mungkin nenek atau buyut kamu pun pernah sekali dua kali kesusahan dan gamang bukan kepalang dalam bertindak.
Sungguh kawan, aku tahu betul kesulitan macam apa yang kau rasakan sekarang. Dengan mudah aku tentu percaya bahwa kamu memang sangat terdesak dan payah dengan urusan uang itu.
Maka, meskipun betapa sulitnya keadaan ekonomiku, tidaklah perlu engkau tahu. Cukuplah kamu tahu bahwa aku bisa meminjamimu uang. Dan bukankah itulah salah satu guna pertemanan?
Namun, saat kamu mulai berubah dan lupa pada dirimu sendiri, masihkah kita teman? Aku mungkin salah, tetapi rasanya kamu juga perlu tahu, bukankah teman ada juga untuk mengingatkan?
Apa Kabarmu Baik – Baik Saja?
Sungguh aku hanya ingin tahu kabarmu. Bukankah sebelumnya kita kerap bertukar berita? Meski kamu di kota sana dan aku di kota sini, tentu aku ingat betul bagaimana kita saling bertanya kabar. Lalu terkadang bercerita.
Namun, semenjak saat itu, sejak kamu meminjam uangku dan aku memberikan pinjaman padamu, kini kemanakah ramah dan sapa itu? Saat kamu mulai mengakhiri percakapan dengan “uangnya nanti ya”, aku rasa kamu telah berubah.
Lalu, masihkah kita benar – benar sebenarnya teman? Atau aku yang tiba – tiba kau citrakan sebagai debt collector?
Satu Bulan Berlalu
Pada chat kita yang lain, sungguh aku pun tidak pernah memulai pembicaraan tentang uang yang kamu pinjam. Lantas kenapa tiba – tiba kamu menetapkan jangka waktu itu?
BACA SELENGKAPNYA
in
Jundi Alfaruqi
Blogger, Code Enthusiast -
Follow My Instagram : @jundialfaruqi